Usaha membawa seorang pemimpin yang diwakili oleh figur manusia berkepala keledai ke dalam pertobatan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tindakan golongan yang tersingkirkan berkepala singa di sini dimaksudkan untuk mengingatkan figur pemimpin bahwa kekuasaan tertinggi yang sesungguhnya adalah milik Tuhan Allah semesta alam. Tiga manusia berkepala singa yang menyokong keledai namun juga ikut tercabik m merupakan gambaran yang menunjukan betapa sulitnya untuk membawa pertobatan bagi seseorang yang sudah lama menyakiti mereka, dan tentu adanya upaya dari para iblis (yang senang jika manusia jatuh ke dalam nafsu duniawi) dan orang-orang yang takut untuk kehilangan jabatan mereka apabila seorang pemimpin bertobat, berusaha untuk menarik kembali sosok pemimpin serta berupaya untuk menjatuhkan pihak-pihak yang berusaha membawa pemimpin mereka kepada pertobatan.
[Perjuangan pemurnian/ membawa pemimpin berkepala keledai ini juga dilakukan untuk melepaskan narasi dunia yang sering mengaitkan keledai dengan kebodohan dengan mengembalikan karakternya yang sejati. Dalam ajaran kristen, keledai seringkali digambarkan sebagai simbol yang rendah hati, lemah lembut, dan sabar menanggung beban. Di dalam karya ini juga tokoh pemimpin berkepala keledai sebenarnya menanggung terlalu banyak beban dunia sehingga ia menjadi gila, dalam konteks ini gila kekuasaan, karena yang ia ketahui bahwa ketika ia memiliki jabatan dan harta, ia akan diakui oleh dunia. Dan di sini tiga manusia berkepala singa ingin menyadarkan bahwa semua itu tidak akan dibawa ke dalam dunia akhirat]
Pada bagian kiri atas karya , terdapat satu malaikat berkepala merpati memegang salib usang sebagai simbol pengingat mengenai pengorbanan yang selama ini diabaikan oleh tokoh pemimpin. Pada sisi kanan juga terlihat malaikat yang memegang baskom air dan handuk merupakan simbol pelayanan. Kedua malaikat ini tidak memaksa, namun mereka hanya menawarkan dua hal terpenting yang selama ini diabaikan oleh pemegang kekuasaan. [Di dalam ajaran kristen, Tuhan Yesus pernah memberikan nasihat bahwa siapapun yang ingin menjadi besar di antara saudaranya hendaklah ia menjadi pelayan mereka. Begitu pula yang diterapkan oleh Tuhan Yesus semasa hidupnya, ia melayani siapapun dan juga mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib. Ia memberikan contoh kepada murid-murid-Nya bahwa seorang pemimpin harus mau berkorban dan melayani orang lain. Di dalam konteks karya si pemimpin berkepala keledai menghiraukan semua itu, dia hanya fokus untuk memperkaya dirinya sendiri dan para pendukungnya, serta menindas dan memeras kelompok yang ia tindas.]
Sisi bawah karya terdapat iblis dan pendukung penguasa yang berusaha untuk mencegah pertobatan dengan menawarkan topeng singa, jubah berbulu, dan bunga sebagai lambang kekuasaan dan harta duniawi. Dua orang kecil berkepala singa, masing-masing satu di kanan dan kiri merupakan bagian dari gambaran golongan tersingkirkan yang tidak menerima atau berkecil hati apabila menanggapi peristiwa pertobatan. Mereka berpikir bahwa timdakan untuk membawa sosok pemimpin kepada pertobatan merupakan hal yang sia-sia karena ia sudah lama terlena akan kekuasaan. Para singa kecil yang tidak membantu dalam proses pertobatan ini pun perlahan-lahan diseret untuk menjauh oleh iblis, supaya mereka tidak ikut membantu tiga manusia berkepala singa lainnya. Pada akhirnya keputusan untuk mau bertobat atau tidak merupakan pilihan dari pemimpin berkepala keledai itu sendiri. Namun karena masih terlena akan harta dan tahta duniawi, ia menolak untuk melihat Sang Pencipta.”
Reviews
There are no reviews yet.